KabarJawa.com — Merangkul Gen Z dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 membutuhkan strategi komunikasi yang tepat, mengingat kelompok ini adalah pemilih pemula yang potensial. Jokhanan Kristiyono, pemerhati komunikasi politik dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS), menyatakan bahwa strategi komunikasi untuk Gen Z tidak hanya bergantung pada penggunaan media sosial, tetapi juga pada penyampaian isu-isu relevan yang mereka pedulikan.
Jokhanan menjelaskan bahwa meskipun Gen Z aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, mereka tetap kritis dalam menimbang isu-isu yang memengaruhi kehidupan mereka, seperti perubahan iklim, keadilan sosial, hak asasi manusia, kesehatan mental, kesenjangan sosial, dan privasi data. Oleh karena itu, transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci untuk meraih kepercayaan mereka.
Selain itu, pentingnya pendidikan politik yang menarik dan relevan melalui platform yang mereka gunakan juga diungkapkan Jokhanan. Gen Z harus diajak berpartisipasi dalam proses politik melalui forum diskusi, debat publik, dan kampanye sosial, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan dihargai.
Mengatasi polarisasi politik dan memanfaatkan teknologi juga menjadi penting. Gen Z membutuhkan dialog yang inklusif untuk mengatasi polarisasi, serta informasi akurat untuk melawan hoaks dan berita palsu. Kampanye yang melibatkan influencer yang memiliki pengaruh di kalangan Gen Z juga bisa menjadi strategi untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi.
Pada akhirnya, strategi komunikasi untuk Gen Z dalam Pilkada 2024 harus mencakup pesan politik yang difokuskan pada isu-isu relevan bagi mereka, disampaikan melalui konten edukasi yang kreatif, dan melibatkan partisipasi aktif mereka melalui diskusi dua arah, webinar, serta acara lainnya.