KabarJawa.com — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur resmi menetapkan nomor urut bagi pasangan calon peserta Pilkada 2024. Dalam rapat pleno terbuka yang digelar di salah satu hotel di Surabaya Pusat pada Senin, pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim mendapatkan nomor urut 1, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak nomor urut 2, dan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans nomor urut 3.
Acara pengundian nomor urut ini menjadi momen penting karena menandai dimulainya persaingan resmi dalam Pilkada Jawa Timur 2024. Setiap pasangan calon kini dapat memulai kampanye dengan memanfaatkan nomor urut mereka untuk membangun citra dan menarik dukungan publik. Nomor urut sering kali digunakan sebagai bagian dari strategi kampanye visual dan retorika politik untuk menciptakan koneksi emosional dengan pemilih.
Profil Kandidat dan Peluang Politik
Ketiga pasangan calon memiliki latar belakang dan pengalaman politik yang kuat. Luluk Nur Hamidah, anggota DPR RI dari Fraksi PKB, dikenal sebagai sosok yang gigih memperjuangkan isu-isu gender dan lingkungan. Bersama Lukmanul Khakim, mereka membawa semangat perubahan untuk masyarakat pedesaan dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Sementara itu, Khofifah Indar Parawansa, gubernur petahana yang kini berpasangan dengan Emil Dardak, wakil gubernur Jawa Timur, membawa pengalaman lima tahun memimpin provinsi ini dengan program-program yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat. Khofifah, yang juga mantan Menteri Sosial, diprediksi memiliki basis dukungan yang kuat dari pemilih perempuan dan kalangan Nahdliyin.
Pasangan Tri Rismaharini-Gus Hans juga dipandang sebagai kekuatan baru dalam Pilkada kali ini. Risma, mantan Wali Kota Surabaya yang terkenal dengan dedikasinya terhadap pembangunan kota dan pengelolaan lingkungan, dipasangkan dengan Gus Hans, seorang tokoh agama yang memiliki pengaruh luas di kalangan pesantren.
Peta Persaingan: Siapa yang Akan Mendominasi?
Sejumlah pengamat politik memprediksi bahwa kontestasi ini akan berlangsung ketat, terutama antara pasangan Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans. Menurut Dr. Farid Hadi, pengamat politik dari Universitas Airlangga, nomor urut mungkin tidak memiliki pengaruh langsung pada hasil pemilihan, tetapi cara pasangan calon memanfaatkan momentum pengundian nomor ini akan menjadi kunci.
“Nomor urut bukan sekadar angka. Ini adalah simbol yang bisa digunakan untuk mengembangkan narasi dalam kampanye. Misalnya, pasangan nomor urut 1 sering diidentikkan dengan semangat kepemimpinan, sedangkan nomor urut 2 bisa dilihat sebagai simbol keseimbangan dan keberlanjutan,” jelas Farid.
Reaksi Masyarakat: Apa Kata Pendukung?
Pendukung masing-masing calon tampak antusias setelah pengundian nomor urut diumumkan. Susi, seorang warga Surabaya yang mendukung Khofifah, menyatakan bahwa nomor urut 2 dianggapnya membawa keberuntungan. “Nomor dua adalah nomor tengah, ini menunjukkan Khofifah dan Emil bisa menjadi penengah di tengah polarisasi politik,” ujarnya.
Sebaliknya, para pendukung Risma mengungkapkan keyakinannya bahwa nomor urut 3 akan membawa keberuntungan bagi mantan wali kota Surabaya itu. “Tiga adalah simbol Trisakti, risma pasti menang,” ujar Hasan, seorang relawan Risma.