News  

Pejabat dan Rakyat Bersatu dalam Wiwit Mbako

Warga Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung menggelar tradisi wiwit mbako dengan berdoa bersama

KabarJawa.com — Suasana pagi yang cerah menyambut langkah-langkah sejumlah lelaki yang mengenakan pakaian adat Jawa, memikul dua gunungan besar berisi hasil bumi khas Temanggung: tembakau, buah-buahan, dan sayuran.

Dibawah arahan Penjabat Bupati Temanggung, Hary Agung Prabowo, rombongan memulai prosesi kirab dari Pendopo Jenar menuju Tugu Jam, lalu melintasi Pasar Kliwon, kemudian menuju Pendopo Pengayoman, dan akhirnya berhenti di Alun-Alun. Di sana, ribuan petani sudah menunggu untuk mengikuti arak-arakan, menggelar ritual “Wiwit Mbako dan Festival Seni Budaya”.

Wiwit mbako adalah tradisi petani di Kabupaten Temanggung menjelang masa tanam dengan menyelenggarakan doa bersama. Ritual yang diikuti oleh sekitar 7.000 orang ini dipenuhi dengan kesemarakkan, namun tetap khidmat dalam doa yang dipimpin oleh Ketua MUI Temanggung, KH Yakub Mubarok, serta para kiai lainnya. Puncak acara melibatkan semua yang hadir di Alun-Alun untuk menikmati hidangan berupa bucu rasulan.

Penjabat Bupati Temanggung, Hary Agung Prabowo, menjelaskan bahwa kegiatan doa “wiwit mbako” diadakan pada awal masa tanam tembakau sebagai bentuk pelestarian budaya lokal dan semangat gotong royong untuk memperkuat persatuan.

“Tujuannya juga agar hasil tembakau tahun ini lebih baik dari sebelumnya,” ungkapnya dari panggung utama pada Sabtu (4/5/2024).

Hary berharap agar cuaca mendukung, tanaman tumbuh dengan baik, menghasilkan kualitas yang optimal, dan harga yang menguntungkan. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang positif bagi semua pihak yang terlibat dalam industri tembakau serta masyarakat Kabupaten Temanggung secara keseluruhan.

Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi, yang turut hadir, menyatakan kebanggaannya dapat ikut serta dalam tradisi wiwit mbako bersama para petani.

Tanpa ada batasan antara pejabat dan rakyat, ia bersama Danrem dan Penjabat Bupati turut serta dalam kembul bujana bersama para petani, menyantap hidangan nasi bucu ingkung ayam di bawah panggung, sambil duduk di atas tikar.

“Hari ini saya merasa sangat bangga karena tradisi wiwit ini, dalam bahasa TNI/Polri, merupakan esprit de corps, yaitu rasa persatuan yang timbul dari kepercayaan kita untuk berdoa bersama. Petani adalah pahlawan devisa negara, dan tembakau Temanggung adalah prioritas. Mari kita jaga tradisi ini, sehingga tembakau kita akan menjadi yang terbaik. Semoga doa kita sampai kepada Allah SWT, dan tembakau Temanggung menjadi kebanggaan kita,” katanya.

Budayawan Temanggung, Ki Lukman Sutopo, menjelaskan bahwa wiwit mbako adalah upacara selamatan sebagai tanda awal masa tanam tembakau. Tradisi ini dilanjutkan oleh para petani dari generasi ke generasi, di mana setiap penanaman tembakau dimulai dengan upacara ritual atau selamatan.