News  

Lindungi Anak dari Rokok, Akademisi Tandatangani Petisi

Masyarakat menandatangani petisi untuk menyuarakan hak anak untuk dapat hidup sehat tanpa rokok di Gedung Prof Soedarto Universitas Diponegoro, Semarang.

SEMARANG – Sebanyak 500 orang menandatangani petisi untuk menyuarakan hak anak untuk dapat hidup sehat tanpa rokok. Kegiatan yang diinisiasi Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) Pengda Jawa Tengah bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip) Semarang digelar sebagai upaya untuk menghindarkan anak sebagai kelompok rentan dari intervensi industri rokok.

Kegiatan tersebut digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang digelar di Gedung Prof Soedarto Universitas Diponegoro. Sebelumnya, Jumat, 31 Mei 2024, mereka menggelar diskusi, visiting profesor dan talkshow. 

Pada kesempatan itu, Sekretaris Umum PPPKMI Jateng, Nurjanah, menyampaikan harapan agar anak-anak dapat dijauhkan dari paparan iklan, promosi, dan sponsor rokok. Hal itu untuk mencegah perilaku merokok dini pada anak.

Selain itu, agar anak-anak mendapatkan haknya untuk menghirup udara bersih sehat terhindar dari asap rokok.

Sarah Muthiah Widad,  Communication Associate dari Komite Nasional Pengendalian Tembakau mengungkapkan, anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan untuk terpapar intervensi industri rokok. Dia menilai saat ini anak-anak menjadi target industri rokok untuk menjadi “konsumen pengganti”.

Isu intervensi industri rokok kepada anak merupakan kondisi gawat darurat yang harus dihadapi. Sebab, banyak di antara anak-anak dan remaja di Indonesia yang merokok.  Padahal hal ini dapat menurunkan kualitas hidupnya.

Sementara itu, visiting professor, diisi dengan pembicara Prof Dra RA Yayi Suryo Prabandari Msi PhD, guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Keperawatan Universitas Gajah Mada.

Kegiatan ini dimoderatori Dina Rahayuning P STP  Mgizi, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Acara bertajuk Communication Skill Pencegahan Perilaku Merokok pada Anak-Anak dan Remaja itu dilaksanakan secara offline. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Prof Soedarto Universitas Diponegoro dan dihadiri sekitar 300 peserta yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro dari berbagai fakultas.

Adapun talkshow dengan tajuk Empowering Youth Against Tobacco disi dua pembicara, dr Farhan Mari Isa (medical doctor health influencer) dan Sarah Muthiah Widad (perwakilan dari Komnas Pengendali Tembakau).

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Prof Soedharto Universitas Diponegoro merupakan kolaborasi antara Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) Pengda Jawa Tengah dengan organisasi kemahasiswaan tingkat Fakultas Kesehatan Masyarakat yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari berbagai universitas di Jawa Tengah, siswa SMA serta masyarakat umum.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco, tingkat prevalensi perokok remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Diperkirakan dari 70 juta anak Indonesia, sekitar 37% di antaranya atau 25,9 juta anak adalah perokok. Dengan jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia.

Dan Indonesia memiliki target penurunan persentase perokok anak dan remaja usia 10-18 tahun dari 9,1% ke 8,7% pada tahun 2024. Hal ini didukung revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

Sarah Muthiah Widad (communication associate dari Komite Nasional Pengendalian Tembakau) menyampaikan. anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan untuk terpapar intervensi industri rokok, dikarenakan pada saat ini anak-anak menjadi target industri rokok untuk menjadi “konsumen pengganti”. Isu intervensi industri rokok kepada anak merupakan kondisi “gawat darurat” yang harus dihadapi.

Dokter Farhan Mari Isa, medical doctor health influencer mengungkapkan, dalam satu putung rokok terdapat sekitar 4.000 zat kimia dan 400 di antaranya tergolong sebagai zat berbahaya serta 40 di antaranya bersifat karsinogenik.

Adapun dampak negatif yang disebabkan rokok ini tidak bersifat instan tetapi kronis. Penyakit kronis merupakan kondisi dimana gejala penyakit akan muncul bertahap dengan rentang waktu yang lama setelah seseorang memutuskan untuk merokok. Beberapa gangguan mental yang dikaitkan dengan aktivitas merokok diantaranya ADHD, anxiety disorder, dan depresi. Adanya kadar nikotin yang tinggi menyebabkan lonjakan dopamine. Ketika seseorang berhenti merokok, kadar dopamine tersebut cenderung habis seketika dan menyebabkan depresi yang lebih parah akibat tidak melakukan aktivitas merokok. (*)