KabarJawa.com — Peringatan Hari Kartini 2022 menjadi momen melegakan bagi perempuan khsusunya korban kekerasan.
Diwakili Dian dari komunitas Sahabat Perempuan, impian memiliki tempat perlindungan bisa segera terwujud.
Dian adalah satu dari tiga perwakilan komunitas yang menyampaikan usulan pada kegiatan Musrenbang Wilayah ke II untuk wilayah karesidenan Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, Magelang Kota dan Kabupaten, Temanggung), dan Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) di Pendapa Kabupaten Magelang, Kamis (21/4).
Kesempatan itu, Dian menyampaikan keresahannya terkait kasus kekerasan perempuan yang meningkat di Kabupaten Magelang. Di sisi lain, masih perlu shelter atau rumah aman untuk berlindung para korban ketika kasus hukum masih berjalan atau pelaku belum ditangkap.
“Kenapa begitu penting karena kasus yang kita dampingi kebanyakan pelaku kekerasan adalah orang-orang terdekat. Nah saat pelaku belum ditahan kami sangat membutuhkan tempat yang aman untuk korban,” ujar Dian.
Dian menjelaskan dari 2020, komunitasnya telah mendampingi 51 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kemudian pada 2021 terjadi kenaikan cukup signifikan menjadi 76 kasus, dan didominasi kasus kekerasan dalam rumah tangga.
“Hingga bulan Maret ini (2022) sudah ada 27 kasus. Itu (shelter) kami harapkan bisa direalisasikan, karena kami sangat kesulitan untuk bisa mengakses rumah aman, dan untuk bisa akses harus menghubungi pemerintah provinsi dulu,” ujar Dian.
Selain Dian, ada Sandi dari forum anak dan Hendry Hermowo perwakilan dari disabilitas. Sandi menyampaikan persoalan sistem zonasi yang saat ini oleh Pemprov Jateng juga telah diperbaiki.
“Kami terima kasih dengan adanya Trans Jateng bagus pak, kami yang tuna netra ini merasakan baik. Tapi untuk teman kami yang pakai kursi roda, aksesibilitas masuk ke armadanya itu kurang,” ucap Hendry.
Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan momen Musrenbang ke II ini secara keseluruhan masukannya sama. Hanya kesempatan lebih panjang karena penyampaian laporan dari para kepala daerah yang lebih efisien.
“Diingatkan betul oleh teman penyandang disabilitas, umpama aksesabilitas transportasinya belum lho pak, atau tempat pariwisata ternyata belum. Bahkan yang di borobudur tadi ya. Maka saya minta langsung hari ini dicek,” ucap Ganjar.
Terkait masukan dari Sahabat Perempuan, Ganjar mengatakan solusi tercepat adalah dengan mencari shelter sementara. Hitung-hitungan harus dilakukan secara matang, sehingga bisa dimanfaatkan maksimal.
“Barangkali kita bisa menggunakan tempat lain yang bisa dikonversi, itu akan lebih aman. Intinya kita bisa mengamankan si korban, 76 kasus yang tadi ada kasihkan ke kami, nanti kami bicara juga dengan Pak Bupati,” tutur Ganjar.
Ditemui seusai acara, baik Dian, Sandi maupun Hendry senang dengan respon cepat Ganjar menanggapi usulan mereka. Mereka berharap usulannya bisa segera direalisasikan.
“Semoga ke depannya bener-bener bisa direalisasikan, yang lebih penting shelter tadi kita butuh banget. Cuma kalau memang tidak harus ada bangunan juga nggak apa-apa. Yang penting ada tempat aman untuk korban,” ujar Dian