KabarJawa.com — Kraton Yogyakarta telah merayakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan serangkaian acara Hajad Dalem Sekaten yang dimulai sejak 9 September hingga 15 September 2024. Puncak peringatan Maulid Nabi tahun ini ditandai dengan digelarnya Grebeg Mulud pada Senin (16/09). Sebanyak tujuh gunungan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe sebagai simbol sedekah raja dan bentuk syukur kraton.
Gunungan yang dibagikan dalam prosesi Grebeg Mulud terdiri dari lima jenis, yakni Kakung, Estri/Wadon, Gepak, Dharat, dan Pawuhan. Tiga Gunungan Kakung diantaranya ditujukan untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara gunungan lainnya, masing-masing berjumlah satu, dibagikan di Masjid Gedhe bersama satu Gunungan Kakung. Kompleks Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen juga menerima ubarampe rengginang sebanyak 100 buah untuk masing-masing.
Gunungan melambangkan sedekah raja kepada rakyat dan merupakan bentuk hubungan antara manusia dengan Tuhan serta antar manusia. Setibanya di Halaman Pura Pakualaman, Gunungan Kakung diserahkan oleh utusan Keraton Yogyakarta kepada KRT Projo Anggonos dari Pura Pakualaman. Usai penyerahan, GKBRAA Paku Alam mewakili Kadipaten Pura Pakualaman terlebih dahulu mengambil ubarampe dari gunungan tersebut. Selanjutnya, gunungan Kakung dibagikan kepada masyarakat yang telah menunggu dengan antusias di Alun-alun Pura Pakualaman.
Antusiasme masyarakat sangat terlihat, seperti disampaikan oleh Yanuar, warga Gunung Ketur Pakualaman, yang rutin mengikuti Grebeg Gunungan. Yanuar menilai bahwa acara ini tidak hanya merupakan bagian dari budaya, tetapi juga membawa berkah. “Tradisi ini sudah menjadi rutinitas saya. Saya selalu ikut karena dipercaya membawa berkah dan keberuntungan,” ujarnya.
Senada dengan Yanuar, Stefani Leni Putranti dari Kota Yogyakarta juga mengungkapkan kegembiraannya. Ia percaya bahwa mendapatkan ubarampe gunungan akan mendatangkan berkah dan ia sangat antusias mengumpulkan ubarampe tersebut.
Acara Grebeg Mulud kali ini juga menampilkan arak-arakan empat ekor gajah yang berasal dari Kebun Binatang Gembira Loka, yang mengawal Gunungan Kakung dengan gagah. Arak-arakan ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi anak-anak, seperti disampaikan oleh Mari dari Sleman yang datang bersama anak-anaknya untuk melihat gajah.
Penghageng KHP Widya Budaya, KRT Rintaiswara, menjelaskan bahwa Grebeg Mulud tahun ini melibatkan 10 bregada kraton yang mengawal gunungan. Bregada tersebut meliputi Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Gunungan dibawa dari Bangsal Pancaniti menuju Masjid Gedhe untuk didoakan sebelum dibagikan.
Selain itu, Grebeg Mulud 2024 juga menandai revitalisasi beberapa tatanan lama Kraton Yogyakarta, termasuk kehadiran Abdi Dalem Lurah Citralata dan Pralata yang bertugas mengantarkan gunungan. Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Sari dimainkan untuk mengiringi prosesi, menambah kemeriahan acara.
“Grebeg merupakan upacara yang rutin dilaksanakan Keraton Yogyakarta dan melambangkan masyarakat agraris. Melalui Grebeg Mulud ini, kami ingin memperkuat komitmen Kraton Yogyakarta dalam melestarikan kebudayaan,” tutup Kanjeng Rinta.
Acara Hajad Dalem Sekaten dan Grebeg Mulud kali ini diharapkan dapat semakin mempererat hubungan antara kraton dan masyarakat serta melestarikan tradisi dan budaya lokal.