KabarJawa.com — Setelah dua tahun sempat terhenti karena pandemi Covid-19, Festival Jondang di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji kembali digelar secara meriah. Di mana, ribuan orang warga berkumpul mengarak Jondang, yang berisi aneka hasil bumi untuk dibawa makam sesepuh desa.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara, sekaligus sesepuh Desa Kawak Amin Ayahudi, mengatakan jondang adalah alat zaman dulu, untuk membawa atau memindahkan barang dari tempat satu ke tempat lainnya. Misal untuk lamaran, pindah rumah, dan lainnya. Jondang identik dengan alat penghantar lamaran pengantin zaman dulu.
Disampaikan, ada dua jenis jondang, yaitu jondang lanang (laki-laki) dan jondang wadon (perempuan). Jondang lanang berisikan buah buahan dan hasil bumi, sementara jondang perempuan berisi makananan olahan, seperti ketan, bongko, juga gemblong.
“Ini adalah sebagai bentuk pelestarian jondang, agar tetap dikenal oleh generasi yang akan datang,” pungkasnya, Jumat (24/6).
Petinggi Desa Kawak Eko Heri Purwanto menyampaikan, Festival Jondang digelar sebagai ungkapan syukur warga Desa Kawak, atas hasil bumi yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Disampaikan, pada festival kali ini sebanyak 20 jondang dibawa masing-masing RT, dan diarak keliling desa. Jondang tersebut berisi makanan, hasil bumi, atau palawija.
Jondang kerap dimaknai dengan berbagai penafsiran. Ada yang menafsiri “jodohnya ngandang”, “rezekinya ngandang”, sampai dimaknai sebagai bentuk kemakmuran.
“Ini sekaligus ungkapan syukur warga desa Kawak atas hasil bumi yang mereka peroleh selama setahun. Selain itu, sebagai bukti kemakmuran warga,” ungkapnya.
Sementara, Camat Pakis Aji Arif Budiyanto menegaskan, Festival Jondang ini harus tetap dilestarikan di tengah modernitas zaman. Dengan melestarikan tradisi ini, diharapkan Desa Kawak akan semakin aman, tentram, maju, dan sejahtera.
“Terpenting, adalah jauh dari penyakit dan bala,” tegasnya.