News  

ANU dan UNDIP Kolaborasi Atasi Kelangkaan Air Bersih di Pesisir

Kunjungan Tim Koneksi, BAPENAS, Kemendikbud, ANU dan Undip di lokasi pengembangan teknologi desalinasi reverse osmosis bertenaga surya hibrida di kawasan Kampus Marine Science Techno Park Undip di Teluk Awur, Jepara.

JEPARA –  Kelangkaan air minum di wilayah pesisir Indonesia mendesak untuk diselesaikan. Sebab, air tanah sering mengandung kadar garam yang tinggi sehingga tidak cocok untuk diminum atau digunakan dalam pertanian.

Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya permukaan laut dan meningkatkan intrusi air laut ke dalam air tanah. Untuk mengatasi hal tersebut Australian National University (ANU) dan Universitas Diponegoro (UNDIP) berkolaborasi mengembangkan teknologi desalinasi reverse osmosis bertenaga surya hibrida.

Proyek tersebut dibangun di kawasan Kampus Marine Science Techno Park Undip di Teluk Awur, Jepara.

Andi Rinto Prastiyo Wibowo, peneliti dari ANU mengatakan, teknologi desalinasi untuk mengubah air laut/payau menjadi air bersih telah banyak dikembangkan. Namun, teknologi desalinasi konvensional masih terhambat oleh keterbatasan infrastuktur sipil dan konsumsi energi yang sangat tinggi.

‘’Untuk itu kami mengembangkan teknologi desalinasi reverse osmosis yang bertenaga surya hibrida, yaitu menggunakan panel surya dan biodiesel untuk menjalanjan proses desalinasi,” terangnya, Kamis, 13 Juni 2024.

Dia mengatakan, untuk mendukung pengembangan teknologi tersebut tim peneliti ANU dan UNDIP mendapatkan hibah penelitian dari Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia (Koneksi) pada Juli 2023.

‘’Kabupaten Jepara dipilih menjadi lokasi penelitian karena saat ini ada 11 desa yang mengalami kelangkaan air bersih dan masih mengandalkan bantuan air bersih ( menggunakan truk tangki) dari pemerintah setempat,’’ terangnya.

Proses instalasi dan pengujian unit desalinasi, kata dia, dilakukan di Kampus Marine Science Techno Park Undip di Telukawur, Jepara.

“Akses terhadap air minum bersih adalah hak asasi manusia yang mendasar,” kata Dr James Latimer dari Fenner School of Environment and Society ANU.

“Proyek kami tidak hanya menjawab kebutuhan mendesak akan air bersih di daerah pesisir terpencil, tetapi juga sejalan dengan upaya global untuk memerangi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon dari proses desalinasi air,” katanya.

Profesor H Hadiyanto dari Departemen Teknik Kimia Undip menambahkan, dengan memanfaatkan energi surya yang melimpah di wilayah pesisir seperti di Jepara, pihaknya dapat menyediakan solusi yang berkelanjutan dan hemat biaya untuk mengatasi kelangkaan air, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.

Andi Rinto Prastiyo Wibowo menambahkan, sistem desalinasi bertenaga surya hibrida ini sangat cocok untuk daerah pesisir terpencil, menawarkan solusi yang murah, mudah diangkut, dan dioperasikan.

Teknologi ini tidak hanya menyediakan air bersih untuk keperluan rumah tangga dan pertanian, tetapi juga mendorong kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan mengurangi beban pengumpulan air pada perempuan dan individu dengan disabilitas.

‘’Keberhasilan dari pelaksanaan proyek pilot ini akan membuka jalan bagi pengembangan lebih banyak sistem serupa, yang berpotensi menguntungkan daerah kering dan terpencil di seluruh Indonesia dan Australia,’’ jelasnya.

Kolaborasi antara ANU dan Undip menunjukkan kekuatan kemitraan internasional dalam mengatasi tantangan global dan memajukan pembangunan berkelanjutan.(*)