Kabarjawa.com-Kopi gerobak keliling kini menjadi fenomena menarik yang merebak di kalangan muda-mudi Kota Semarang. Dalam beberapa bulan terakhir, para penjual kopi keliling telah menghiasi berbagai sudut kota yang akrab disebut Kota Atlas. Di antara tempat-tempat ramai, kawasan Pleburan dan sekitar Bank Indonesia di Kecamatan Semarang Selatan menjadi pusat keramaian. Di sinilah, para muda-mudi berkumpul, asyik berbincang, dan menikmati kopi yang dijajakan dengan penuh semangat oleh para penjual kopi keliling.
Salah satu pengunjung setia, Dani (24), yang merupakan warga asli Semarang Barat, membagikan pengalamannya saat kami temui di kawasan Bank Indonesia pada Sabtu (26/10/2024). “Ini lagi nongkrong aja, habis beli minum kopi keliling merk Melintas,” ujarnya sambil menyeruput kopi dengan senyum lebar. Dani mengungkapkan bahwa kehadiran gerobak kopi keliling memudahkan dia untuk menikmati kopi dengan harga yang lebih terjangkau. “Di sini, hanya dengan Rp 8 ribu, saya sudah bisa dapat kopi. Di kafe, bisa habis antara Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu, bahkan kadang ada yang sampai Rp 100 ribu!” jelasnya, menunjukkan betapa menguntungkannya tren ini bagi kantong anak muda.
Selama sekitar empat bulan terakhir, tren kopi keliling semakin digemari. Dani mengaku telah mencoba lima merek kopi keliling yang bertebaran. “Kalau dibandingkan dengan kafe, rasanya pasti ada perbedaan. Namun, untuk kopi susu, rasanya tidak kalah enak!” ujarnya dengan semangat.
Senada dengan Dani, Vania (22), remaja asal Gayamsari, juga mengungkapkan alasan di balik pilihannya untuk menggemari kopi keliling. “Kopi keliling memberi banyak vibes yang berbeda. Misalnya, ada tempat di BI dan di TIK (Taman Indonesia Kaya). Suasananya tidak monoton. Plus, bisa sambil nongkrong dan lihat-lihat orang,” terangnya. Ia merasa bahwa membeli kopi keliling memberikan fleksibilitas untuk memilih camilan dari berbagai penjual. “Kalau di coffee shop, kita hanya bisa beli makanan dari situ. Di sini, kita bebas memilih dari penjual lain,” tambahnya.
Tren kopi keliling ini juga membawa keuntungan finansial bagi banyak orang. “Banyak yang merasa tidak gaul kalau tidak nongkrong di coffee shop. Banyak juga yang FOMO (fear of missing out), jadi ikut-ikutan ke kafe padahal harganya mahal. Sekali nongkrong di kafe, bisa habis Rp 50 ribu,” kata Vania. Dengan adanya kopi keliling, ia merasa bahwa nongkrong menjadi lebih ekonomis. “Cuma Rp 8 ribu, kita bisa nongkrong sepuasnya. Minusnya, tidak ada AC seperti di kafe,” ujarnya sambil tertawa.
Menariknya, tren kopi keliling ini juga menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Salah satunya adalah M. Alhafizi (9), seorang siswa SD asal Jatingaleh, yang tengah diantar ayahnya untuk membeli kopi. “Aslinya Jatingaleh, tapi memang sengaja ke Pleburan beli kopi untuk anak. Paling anak saya beli kopi ini 3 hari sekali, memang saya batasi,” kata ayahnya, Catur (33), dengan bangga.
Catur, yang juga seorang pecinta kopi, merasakan dampak positif dari tren kopi keliling. Ia merasa bahwa rasa kopi dari gerobak keliling tidak jauh berbeda dari kopi yang disajikan di kafe. “Biasanya, kopi gula aren di kafe paling murah Rp 13 ribu, di sini lebih murah dan enak. Kita tidak perlu pergi jauh ke kafe karena sudah ada di pinggir jalan,” tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa untuk teh atau kopi kemasan yang dijual di toko, ia merasa tidak diizinkan. Namun, kopi keliling yang merupakan racikan sendiri dianggap lebih fleksibel. “Menyambut baik kehadiran kopi keliling ini, kita bisa menikmati kopi tanpa harus mengeluarkan banyak biaya,” ujarnya.
Tak hanya menyenangkan bagi para penikmat kopi, tren ini juga menarik perhatian para pelaku usaha. Setiap penjual kopi keliling berusaha menawarkan berbagai varian kopi dengan cara yang unik. Beberapa dari mereka bahkan meracik kopi langsung di tempat, memberikan pengalaman baru bagi para pecinta kopi.
Pengalaman menikmati kopi keliling di Kota Semarang lebih dari sekadar menikmati minuman. Ini adalah tentang kebersamaan, cerita, dan tawa di tengah suasana yang hangat. Bayangkan, Anda duduk di luar ruangan, dengan angin sepoi-sepoi, menyeruput kopi sambil berbincang dengan teman-teman. Momen-momen ini menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
Tren kopi gerobak keliling di Kota Semarang bukan hanya sekadar pilihan bagi mereka yang ingin menikmati kopi dengan harga terjangkau, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup baru di kalangan muda. Keberagaman suasana yang ditawarkan membuat kopi keliling menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin bersantai dan menikmati momen berharga bersama teman-teman. Kota Semarang, dengan kehangatan kopi gerobak kelilingnya, berhasil menciptakan komunitas pecinta kopi yang semakin solid dan mengasyikkan.