KabarJawa.com – Seni Ketoprak merupakan opus seni rakyat yang menggabungkan elemen dramatik, tarian, vokal, musikal, dan sastra, menjadi warisan tak ternilai dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Meskipun gelap kapan dan di mana lahirnya serta siapa penciptanya, keunikan dan perbedaannya dengan ludruk memberikan warna tajam pada panggung seni kita.
Jejak Asal Seni Ketoprak
Permainan gadis desa pada bulan purnama adalah embrio ketoprak, melibatkan irama gejogan dan kotekan yang teratur. Namun, esensi sejati terpancar dari alat musik pengiringnya, mencakup lesung, seruling, terbang, dan kendang, yang bersama-sama menciptakan harmoni “dung… dung… prak… prak…”, mengilhami namanya.
Pada masa lalu, masyarakat Jawa meyakini bahwa memainkan lesung bisa memanggil Dewi Sri, lambang kesuburan. Awalnya tergolong sakral dan dimainkan hanya di keraton, sekitar tahun 1922, ketoprak mengembangkan sayapnya untuk dinikmati oleh khalayak umum.
Meski tumbuh di Jawa Tengah, ketoprak berkembang menjadi budaya yang meresap di seluruh wilayah Jawa.
Ciri Khas yang Tak Terlupakan
Dialog dalam bahasa Jawa, cerita berdasarkan dongeng dan legenda Jawa, alur yang unik namun tak kehilangan makna, dan durasi yang mengesankan, minimal empat jam. Ketoprak bukan hanya pertunjukan, tetapi warisan budaya yang hidup.
Multi-Fungsi Ketoprak
- Pelestari Budaya: Menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya nenek moyang.
- Media Pembangunan: Mengembangkan kesadaran masyarakat akan sejarah dan kearifan lokal.
- Hiburan: Menghibur dengan keindahan seni panggung yang luar biasa.
- Kritik Sosial: Menyuarakan pendapat dan kritik terhadap realitas sosial.
- Pendidikan: Sebagai medium pembelajaran dan penyampai nilai-nilai moral.
Evolusi Ketoprak
Keberadaan ketoprak telah melewati evolusi yang mengagumkan sepanjang sejarahnya.
Ketoprak Gejog: Muncul sekitar tahun 1880-an, merupakan embrio seni pertunjukan ketoprak.
- Ketoprak Wreksadiningrat: Dikembangkan oleh K.R.M.T.H Wreksadiningrat pada awal abad ke-20, menambahkan nuansa dongeng kepahlawanan.
- Ketoprak Wreksatama: Pada 1925, Wreksatama melibatkan alat musik baru dan memberanikan diri menyampaikan kritik terhadap pemerintah.
- Ketoprak Krida Madya Utama: Dikembangkan pada 1927 oleh Ki Jagat Trunarsa, membawa ketoprak masuk ke wilayah Yogyakarta.
- Ketoprak Gardanela: Muncul di Yogyakarta, memadukan gamelan dan tembang macapat dengan tema dari babad dan sejarah.
- Ketoprak Modern: Pasca kemerdekaan pada 1950-an, ketoprak profesional bersaing, dan Ki Siswondo Harjo Suwito memimpin kelompok yang meraih kemenangan pada 1958.
- Ketoprak Mataram: Variasi ketoprak yang mempertahankan nilai dan tradisi masyarakat Jawa.
Perbedaan Ludruk dan Ketoprak
Meskipun keduanya seni pertunjukan teater, ludruk dari Jawa Timur berfokus pada cerita nyata dengan gamelan sebagai musik pengiring, sementara ketoprak dari Jawa Tengah memainkan legenda seperti Ramayana dan Mahabharata. Berbeda namun menghadirkan kekayaan warisan budaya Indonesia yang tak ternilai.