KabarJawa.com — Gunung Semeru, yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya pada Jumat pagi. Gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut tercatat mengalami lima kali erupsi dengan tinggi letusan mencapai 400 hingga 800 meter di atas puncak Mahameru.
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada pukul 06.30 WIB, namun visual letusan tidak teramati, dan saat laporan dibuat, erupsi masih berlangsung,” ujar Liswanto, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Jumat.
Gunung Semeru, yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), mulai menunjukkan aktivitas sejak tengah malam. Berdasarkan data dari pos pengamatan, lima erupsi tercatat pada pukul 00.08 WIB, 05.08 WIB, 05.47 WIB, 06.14 WIB, dan 06.30 WIB.
Erupsi pertama terjadi pada pukul 00.08 WIB. Kolom letusan teramati mencapai ketinggian 500 meter di atas puncak. Abu vulkanik berwarna putih hingga kelabu terlihat dengan intensitas tebal mengarah ke barat laut. Aktivitas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan berlangsung selama 130 detik.
Aktivitas kembali tercatat pada pukul 05.08 WIB. Kali ini, letusan juga mencapai ketinggian 500 meter di atas puncak. Erupsi tersebut direkam dengan amplitudo maksimum 19 mm dan memiliki durasi 109 detik.
Puncak aktivitas terjadi pada erupsi ketiga pada pukul 05.47 WIB, dengan tinggi kolom letusan mencapai 800 meter di atas puncak atau 4.476 meter di atas permukaan laut. “Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat laut. Aktivitas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 109 detik,” jelas Liswanto.
Erupsi keempat terjadi pada pukul 06.14 WIB, dengan kolom letusan mencapai ketinggian 400 meter di atas puncak. Kolom abu berwarna putih hingga kelabu teramati dengan intensitas sedang, mengarah ke utara. Erupsi terakhir pada pukul 06.30 WIB tidak terlihat secara visual, tetapi masih terpantau melalui alat seismograf.
Gunung Semeru hingga saat ini masih berstatus waspada atau Level II. Status ini menunjukkan adanya potensi ancaman erupsi yang dapat berdampak pada wilayah sekitar gunung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk masyarakat guna menghindari risiko bahaya.
PVMBG melarang aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak gunung. Area ini dianggap rawan terdampak aliran awan panas dan material vulkanik. Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai sepanjang Besuk Kobokan. Ini penting mengingat potensi perluasan aliran lahar hingga 13 kilometer dari puncak.
“Masyarakat juga tidak diperbolehkan beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” tambah Liswanto.
Selain bahaya langsung dari erupsi, masyarakat di sekitar Gunung Semeru juga diingatkan untuk mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan aliran lahar hujan. Ancaman ini terutama berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Beberapa sungai yang dianggap memiliki risiko tinggi adalah Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Selain itu, aliran lahar juga dapat terjadi pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Liswanto menegaskan, kewaspadaan ini perlu dijaga terutama saat musim hujan, karena hujan deras dapat memicu lahar dingin yang membawa material vulkanik dari puncak gunung ke wilayah pemukiman. “Kondisi ini dapat memperburuk dampak erupsi jika masyarakat tidak mematuhi rekomendasi yang sudah dikeluarkan,” ujarnya.
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api paling aktif di Indonesia. Letusan kecil hingga besar sering terjadi, menjadikannya sebagai pusat perhatian bagi para ahli vulkanologi. Aktivitas vulkanik Gunung Semeru tidak hanya berdampak pada lingkungan sekitarnya, tetapi juga pada masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana.
Dengan puncaknya yang dikenal sebagai Mahameru, Semeru juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Namun, aktivitas vulkanik yang tinggi seringkali membuat jalur pendakian ditutup untuk alasan keamanan.
Sebagai langkah mitigasi, pemerintah daerah bekerja sama dengan PVMBG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk terus memantau aktivitas vulkanik Gunung Semeru. Pos pengamatan di wilayah sekitar gunung juga secara rutin melaporkan perkembangan terkini kepada masyarakat.
Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi resmi dari pihak berwenang. Warga yang tinggal di sekitar aliran sungai di bawah kaki gunung diminta untuk tidak lengah dan segera mengungsi jika tanda-tanda bahaya muncul.
Liswanto menutup dengan mengingatkan bahwa kewaspadaan adalah kunci untuk meminimalkan risiko bencana. “Mari bersama-sama menjaga keselamatan dan mengikuti arahan yang telah disampaikan,” ujarnya.