Perpusdes Wacana Kedungsari Gelar Pelatihan “Membaca Nyaring” bagi Warga

Puluhan orang mengikuti pelatihan membaca nyaring (read aloud) yang diselenggarakan Perpusdes Wacana Kedungsari di Balai Desa Kedungsari,Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal Jateng, Rabu (26/06/2024). Foto : Mulyawan

KENDAL – Puluhan orang yang terdiri atas ibu rumah tangga, guru, pegiat literasi dan remaja antusias mengikuti pelatihan membaca nyaring (read aloud) yang diselenggarakan Perpusdes Wacana Kedungsari di Balai Desa Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Jateng, Rabu (26/06/2024) pukul 10.00-12.00 WIB. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Perpusdes Wacana, Pos PAUD Bakti Bunda, dan TP PKK Desa Kedungsari.

Hadir sebagai narasumber Bunda Arsy (Ketua Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI) PD Semarang) dan Heri C Santoso (pegiat literasi dan Koordinator Komunitas Lereng Medini (KLM) Boja). Acara juga turut dihadiri: Bapak Suprayitno, Kasi Kesejahteraan yang mewakili Kepala Desa Kedungsari; Ibu Evie Setyorini dan Ibu Badriyah mewakili HIMPAUDI Kecamatan Singorojo; Jajaran Pengurus TP PKK Desa Kedungsari; Kepala Sekolah dan Dewan Guru Pos PAUD Bakti Bunda; dan Anis Hidayati pengurus Fatayat NU Desa Getas Singorojo.

Ketua Panitia yang juga pengelola Perpusdes Wacana, Widarsih, mengatakan,  kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang budaya kegemaran membaca sejak usia dini yang berimbas pada peningkatan SDM di Desa Kedungsari.

“Harapannya , melalui kegiatan ini dapat mengenalkan literasi sejak dini pada anak-anak di rumah,” kata Widarsih yang juga guru SD di Kecamatan Limbangan.

Widarsih menambahkan, kegiatan ini juga bagian dari program kerja POKJA 2 TP PKK desa Kedungsari Tahun 2024.  Selain itu, kegiatan ini juga sebagai wadah parenting bagi wali murid Pos PAUD Bakti Bunda serta masyarakat Desa Kedungsari, khususnya bagi ibu muda yang mempunyai anak usia dini. Ini juga bagian dari program kerja Perpusdes Wacana tentang peningkatan pemanfaatan bahan pustaka perpustakaan.

“Ini bentuk spirit kami di Perpusdes Wacana sebagai tempat belajar sepanjang hayat bagi masyarakat Desa Kedungsari sehingga berusaha hadir dalam berbagai kegiatan serta menjangkau seluruh kalangan usia,” tutur Widarsih.

 

Mendongeng Miliki Ragam Manfaat

Sementara itu, Bunda Arsy, menyampaikan, membaca nyaring memiliki perbedaan dan persamaan dengan mendongeng. Kesamaannya yaitu, memiliki konsep dan tujuan yang sama. Selain itu, juga sama-sama menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku, dongeng, dan memantik imajinasi.

“Sementara, titik perbedaan ada pada aspek, pendongeng tidak menggunakan medium buku, sementara membaca nyaring, menitikberatkan pada penggunaan buku. Pencerita memakai medium buku dan bertatap muka dengan anak,” kata Bunda Arsy yang juga pemilik Yayasan TPA Arsy di Bangetayu Kota Semarang.

Bunda Arsy menambahkan, membaca nyaring memiliki sejumlah manfaat. Di antaranya, menumbuhkan minat baca anak, menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui cerita, meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada anak, mengembangkan kemampuan bahasa, memperkuat jalinan ikatan batin orangtua /guru  dengan anak.

“Selain itu, melalui membacakan dongeng kepada anak juga dapat mengasah imajinasi, menambah kosakata, dan menambah pengetahuan bagi anak,” tutur Arsy di hadapan peserta yang memadati lokasi acara.

Di sela-sela memberikan materi, Bunuda Arsy juga memberikan contoh dengan praktik langsung baik membaca nyaring maupun mendongeng di depan anak-anak. Ia juga meminta beberapa ibu-ibu yang hadir untuk praktik membaca nyaring dan memberikan hadiah bagi tiga peserta terbaik.

Sastra bagi Anak Sejak Dini Sangat Penting

Senada, Heri C Santoso menambahkan, pendidikan sastra—dalam hal ini melalui dongeng sejak dini, dapat membentuk karakter bagi anak-anak dalam proses tumbuh kembangnya. Nilai-nilai, budi pekerti yang terdapat dalam kisah dongeng tidak disampaikan secara langsung, tetapi melalui cerita dan metafora-metafora sehingga proses pendidikan berlangsung menyenangkan dan tidak menggurui.

“Praktik baik ini dapat menstimulas aspek psikomotorik anak-anak.  Sehingga, lambat laun, hal itu akan membentuk karakter dan SDM anak-anak kita kelak. Ini saya kira penting, apalagi bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan menuju Indonesia Emas 2024 mendatang,” tutur pengelola Pondok Baca Ajar di Desa Meteseh Boja ini.

Ia menambahkan, pelatihan-pelatihan membaca nyaring ataupun mendongeng bagi orang tua khususnya ibu-ibu sangat penting dan relevan. Mestinya, setiap desa, kecamatan, hingga kabupaten/kota, semakin masif melakukan upaya-upaya semacam ini. Kenapa penting? Menurut Heri, karena memang peningkatan literasi mesti sejak dini dan dimulai dari ruang keluarga.

“Dan, kenapa relevan?  Karena imajinasi, kreativitas, serta critical thinking ini, di era kecerdasan buatan sangat krusial sebagai bekal anak di masa mendatang. Imajinasi ini yang tak dimiliki dan tak bisa dilakukan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI),”tandas penerima SATU Indonesia Awards 2011 ini. (*)